SUKU BUGIS DI
KALIMANTAN BARAT
Oleh : Didin Anggoro Putra / Mahasiswa UMP Pontianak
1. Masuknya Suku Bugis ke Kal-Bar
Suku Bugis atau
to Ugi‘ adalah salah satu suku di antara sekian banyak suku di Indonesia.
Mereka bermukim di Pulau Sulawesi bagian selatan. Namun dalam perkembangannya,
saat ini komunitas Bugis telah menyebar luas ke seluruh Nusantara. Masuknya
orang Bugis di Kalimantan Barat bermula dari kedatangan Daeng Mataku yang
menikah dengan Ratu Malaya, salah seorang anak Pangeran Agung dari Kerajaan
Sukadana. Daeng Mataku ini pernah membantu menyerang Istana Sultan Zainuddin;
pada tahun 1710 atas suruhan Pangeran Agung, saudara kandung Zainuddin. Karena
jasanya itu, Daeng Mataku diangkat menjadi panglima. Keturunan Daeng Mataku
kini tersebar di daerah Sukadana dan sekitarnya.
Atas permintaan
Sultan Zainuddin untuk mengatasi perang saudara di kerajaannya, kemudian datang
pula Upu Daeng Manambon asal Luwuk bersama saudara-saudaranya, Upu Daeng
Merewah, Upu Daeng Perani, Upu Daeng Celak dan Upu Daeng Kemasi. Mereka
berhasil memenangi perang tersebut. Upu Daeng Manambon kemudian digelari
Pangeran Emas Surya Negara dan menikahi Puteri Kesumba, anak Sultan Zainuddin
dengan Utin Indrawati dari Kerajaan Mempawah. Daeng Menambon kemudian
menggantikan Panembahan Senggauk sebagai raja di Mempawah. Untuk mengenang
kedatangan Daeng Menambon ke Mempawah, hingga kini masyarakat Mempawah
mengadakan upacara robo’-robo’.
Dalam
perkembangannya, orang Bugis kini tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Barat
dan membaur dengan etnis lain yang ada, terutama Melayu. Di Ketapang mereka
menetap di Sungai Puteri, Satong, Siduk, Semanai, Melinsum, Sukadana, Rantau
Panjang dan Teluk Batang. Di Pontianak terdapat di Segedong, Teluk Pakedai,
Batu Ampar, Sungai Kakap dan beberapa kawasan di kota Pontianak.
Di kota
Pontianak ada dua kampung Bugis, yakni Bugis Dalam dan Bugis Luar. Keduanya
terletak di kawasan Tanjung Hilir, bersebelahan dengan Kampung Arab dan Keraton
Kadariyah. Kampung Bugis tersebut sudah ada sejak zaman kesultanan Pontianak,
didirikan seorang Bugis kerabat keraton Pontianak, Syarif Acmad yang
mempersunting Daeng Madiana, seorang gadis Bugis dari daerah Donggala. Saat ini
Kampung Bugis tidak lagi hanya dihuni oleh orang Bugis, tetapi juga penduduk
dari suku lain, seperti Melayu, Cina, Madura, Sunda, Jawa dan Dayak. Orang
Bugis terkenal pekerja keras dan ulet, serta masih memegang teguh adat dan
tradisi mereka. Di Segedong misalnya, mereka masih melaksanakan upacara adat
ritual kelahiran, kematian dan adat lainnya.
Contohnya adalah sperti
:
1. Buang-Buang
Anak Bayi
2. Bendera
Bambu Kuning
3. Memandikan
Bayi Sebelum Acara Adat Buang-Buang
4. Setelah
Empat Puluh hari Ibu Melahirkan
5. saat
Pemasangan Minyak Bau
6. Saat
Sedang Buang-Buang
7. Minum
Air Buang-Buang
8. Nasi
Pulut Kuning Inti Kelapa
9. Buang-Buang
Penyakit
10 Buang-Buang
Tali Pusar
11 Upacara
Tepung Tawar
12 Naik
Ayun (Naik Tojang)
13 Lambang
di Bawah Ayunan
14 Pembersihan
Ayunan
15 Memasukan
Seekor Kucing Ke Dalam Ayunan
16 Mengeluarkan
Sapu Lidi
17 Memasukan
Bayi Ke Dalam Ayunan
18 Pembacaan
Doa Rasul
2. Komentar Penulis
Menurut penulis
suku bugis ini sangat baik, karen mereka (suku bugis) dapat hidup rukun dengan
suku lainnyaa dan tanpa membedakan ras dan keadan atau membedakan agam dan asal
usul suku lain. Suku bugis memiliki sejarah yang paanjaang dan sangat menarik di
baca dikarnakan bagai mana mereka bias meluas dan menetap di seluruh
nusantara.
Suku bugis juga
sangat menghorati leluhur nya atau nenek monyang nya, kenapa tidak mereka masih
memegang teguh tradisi budaya turun-temurun yang telah lama di lakukan dan sampai
sekarang masih dilakukan oleh mereka. Memiliki jiwa kerja keras sangat baik
jika menirunya. Selalu berperilaku baik kepada semua orang.
Dari suku bugis
ini yang dipertanyakan oleh penulis di sini adalh bagaimana cara ereka
melakukan tradisi mereka secara turun-temurun dan keanehan-keanehan mereka
melakukan kebiasaan ritual dan adat itu,apa maksudnya dan manfaat nya.