Seperti biasa, hari sabtu hanya seperti hari setelah jum'at
dan satu hari sebelum hari minggu
Hanya sekedar itu, tiada nuansa berbeda
seperti mereka yang mengaku muda
Tapi jangan dianggap saya menuakan ke-muda-an
dan jangan kira saya menyuka sepi
Saya hanya tak bisa meng-amnesia-kan hati ini
darinya, dari dahulu kala
Bagai kilat tak sampai
tetap saja ia menebar takut
Dengan gemuruh penuh
dengan cahaya bermata ngeri
ia menghantui langkah ke depanku
Matanya Menjelma di Matamu
Pertama kita berpandang
Terpental aku bagai dikejut langit
Matamu ...
Seperti ombak menerjang
Seperti laut yang kukenal
Begitu dalam
di kala silam
esoknya, ketika kutatap lagi matamu
Segumpal kenangan kembali naik
dan harapan boleh kudaki
meski kusadar dengan benar
Dua pasang mata itu berlain jiwa
Category:
Puisi
SENI BUDAYA
JAWA TENGAH
oleh Rahmad Hutomo Setawan / mahasiswi UMP Perikanan Pontianak
Kebudayaan Jawa merupakan
salah satu sosok kebudayaan yang tua. Kebudayaan Jawa mengakar di Jawa Tengah
bermula dari kebudayaan nenek moyang yang bermukim di tepian Sungai Bengawan
Solo pada ribuan tahun sebelum Masehi. Fosil manusia Jawa purba yang kini
menghuni Museum Sangiran di Kabupaten Sragen, merupakan saksi sejarah, betapa
tuanya bumi Jawa Tengah sebagai
Category:
Artikel Budaya
ETNIS BUDAYA BETAWI
Oleh : Agung Budiman / Mahasiswa Perikanan UMP Pontianak
sejarah
Diawali
oleh orang Sunda
(mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran.
Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia
Timur, dari Malaka
di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok
serta Gujarat
di India.
Antropolog
Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab,
MA memperkirakan, etnis Betawi baru
terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas
studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman
kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan
bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai
golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi.
Category:
Artikel Budaya
Tak banyak orang berpikir bahwa tinggal di Indonesia itu sebenarnya susah. Selain susah cari kerja atau cari makan, (makanya banyak yang menghambur jadi TKI/TKW). Selain kedua hal itu, susahnya adalah banyak sekali bahasa daerah (sekitar 600-an bahasa daerah). Hal tersebut menjadi kekayaan budaya sekaligus jurang kesesatan dan kesesalan kita. Jika, dibilang kekayaan budaya, sangat benar, karena bahasa sendiri adalah salah satu unsur kebudayaan selain sistem religi, mata pencaharian, teknologi, sistem kekerabatan kesenian dan lain-lain. namun, ragam bahasa juga bisa menjadi peluang kita untuk jadi marah. kenapa demikian.?
Category:
Catatanku
Kebudayaan Masyarakat Irian Jaya
Oleh Yogo Tri Saloko / Mahasiswa UMP Perikanan Pontianak
Wilayah
Irian Jaya memiliki sejarah kesenian yang panjang. Sebelum peradaban luar
datang, mereka sudah mengenal dan mengembangkan berbagai kesenian lokal.
Bagi suku Irian Jaya, kesenian
bukan sekadar ungkapan ekspresi dan estetika, melainkan alat komunikasi
dengan alam gaib. Tidak heran bila banyak ritual yang sarat dengan simbol-simbol
tertentu yang bermakna sakral.
Category:
Artikel Budaya
Balik Kampung Tak Tertampung
Pulang alias balik kampung bisa bermacam maknanya. Jika menyoal kerinduan, jangan tanya. Tak usah menunggu sampai menginjak tanah asal, memegang tiketnyapun kerinduan sudah sedikit terbayar. Namun, Lain soal bila sudah terlalu lama di tanah rantau. Ada dua kemungkinan, bisa ingin segera pulang, (karena saking rindunya) atau sebaliknya, sudah kadung betah di tanah orang dan menjadikan pulang kampung sebagai "merantau" (lagi). Nah, saya termasuk yang punya kemungkinan
Category:
Catatanku
Dayak dan Melayu di Kal-Bar
Oleh : Jimmy Felix Jelayan / Mahasiswa Perikanan UMP Pontianak
Walaupun bukan orang kalimantan, tapi aku tertarik mengupas tentang "Dayak" akuh akan mencuplik artikel dari tentang asal usul "Dayak" : Ada juga suku Dayak yang tidak mengetahui lagi asal usul nama sukunya. Nama "Dayak" atau "Daya"adalah nama eksonim (nama yang bukan diberikan oleh mayarakat itu sendiri) dan bukan nama endonim (nama yang diberikan oleh masyarakat itu sendiri).Kata Dayak berasal dari kata Daya” yang artinya
Category:
Artikel Budaya
Sejarah Perkembangan Budaya Cina di Indonesia
Oleh : Barnius Leo / Mahasiswa Fak. Perikanan UMP Pontianak
Oleh : Barnius Leo / Mahasiswa Fak. Perikanan UMP Pontianak
Norma tradisional Cina diperoleh dari versi ortodoks Konfusianisme, yang diajarkan di sekolah-sekolah dan bahkan merupakan bagian dari ujian pelayanan publik kekaisaran pada zaman dulunya. Akan tetapi keadaan tidak selalu begitu karena pada masa dinasti Qing umpamanya kekaisaran Cina terdiri dari banyak pemikiran seperti legalisme, yang di dalam banyak hal tidak serupa dengan Kong Hu Cu, dan hak-hak mengkritik kerajaan yang zalim dan perasaan moral invididu dihalangi oleh pemikir 'orthodoks'. Sekarang, adanya neo-Konfucianisme yang berpendapat bahawa ide demokrasi dan hak asasi manusia sejajar dengan nilai-nilai tradisional Konfuciusme 'Asia'.
Category:
Artikel Budaya
Tarian
Masyarakat Melayu
Oleh Bachtiar / mahasiswa Fak. Perikanan UMP Pontianak
Makyong ialah satu tarian drama Melayu tertua yang berasal dari negeri Siam. Tarian ini dibawa masuk ke Tanah Melayu oleh bangsa Melayu, terutamanya ke negeri Kelantan, Terengganu, dan Kedah. Pada asalnya, Makyong hanya dipersembahan di istana sahaja. |
Category:
Artikel Budaya
BUDAYA DAYAK
OLEH : Eki Juanda / Mahasiswa Fakultas Perikanan UMP Pontianak
Budaya rumah dayak
Hampir semua Orang Dayak kecuali Dayak punan dan Dayak Meratus, mempunyai rumah panjang di masa lampau. Rumah panjang merupakan gabungan atau gandengan rumah-rumah tunggal warga Dayak dalam satu desa. Rumah panjang di bangun agar persatuan atau kekuatan dari warga desa terkonsentrasi, ketika menghadapi serangan dari luar kampung atau luar kelompok ( Kayau ) atau serangan binatang buas. Rumah panjang di dibangun dalam rupa rumah panggung yang memanjang.
Hampir semua Orang Dayak kecuali Dayak punan dan Dayak Meratus, mempunyai rumah panjang di masa lampau. Rumah panjang merupakan gabungan atau gandengan rumah-rumah tunggal warga Dayak dalam satu desa. Rumah panjang di bangun agar persatuan atau kekuatan dari warga desa terkonsentrasi, ketika menghadapi serangan dari luar kampung atau luar kelompok ( Kayau ) atau serangan binatang buas. Rumah panjang di dibangun dalam rupa rumah panggung yang memanjang.
Category:
Artikel Budaya
SUKU BUGIS DI
KALIMANTAN BARAT
Oleh : Didin Anggoro Putra / Mahasiswa UMP Pontianak
1. Masuknya Suku Bugis ke Kal-Bar
Suku Bugis atau
to Ugi‘ adalah salah satu suku di antara sekian banyak suku di Indonesia.
Mereka bermukim di Pulau Sulawesi bagian selatan. Namun dalam perkembangannya,
saat ini komunitas Bugis telah menyebar luas ke seluruh Nusantara. Masuknya
orang Bugis di Kalimantan Barat bermula dari kedatangan Daeng Mataku yang
menikah dengan Ratu Malaya, salah seorang anak Pangeran Agung dari Kerajaan
Sukadana. Daeng Mataku ini pernah membantu menyerang Istana Sultan Zainuddin;
pada tahun 1710 atas suruhan Pangeran Agung, saudara kandung Zainuddin. Karena
jasanya itu, Daeng Mataku diangkat menjadi panglima. Keturunan Daeng Mataku
kini tersebar di daerah Sukadana dan sekitarnya.
Category:
Artikel Budaya
SEKILAS BUDAYA BALI
Oleh : Sj. Djunaidi / Mahasiswa Perikanan UMP Pontianak
SEKILAS SEJARAH
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti "Kekuatan", dan "Bali" berarti "Pengorbanan" yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik.
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti "Kekuatan", dan "Bali" berarti "Pengorbanan" yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik.
Category:
Artikel Budaya
MEMAHAMI BUDAYA TIONGHOA
OLEH : Achmad Rohmaddun
Mahasiswa Perikanan UMP Pontianak
Pengekangan budaya Tionghoa oleh rezim Orde Baru selama kurang lebih 30 tahun telah meninggalkan bekas yang cukup mendalam bagi mereka. Orang Tionghoa dilarang melakukan aktivitas-aktivitas kebudayaan. Budaya sebagai suatu warisan yang harus dijaga dan diakui keberadaannya pada masa itu seolah-olah tidak dihargai.
”Masa reformasi, yang telah berlalu sekian tahun lalu kiranya dapat memberikan nilai positif bagi perkembangan budaya Tionghoa,”
Category:
Artikel Budaya